Bagaimana kabar mu?
kabar itu yang ku tunggu di sepanjang hari ini, engkau baik baik saja atau sebaliknya, aku berusaha meyakinkan bahwa kau disana tentu baik saja. Ah! tak perlu aku menunggu kabarmu karena kaupun tak pernah menunggu kabar dariku bukan? aku seperti ingin berkata kepadamu pergilah jauh dari depanku dan biarkan aku untuk tidak menunggu kabarmu kembali. Aku rajin melihat kau di dunia maya yang kini telah mengalihkan perhatianmu, sesekali ku lihat kabar kau disana tapi sepertinya kau sangat nyaman dan tidak sama sekali membutuhkanku. Aku kembali berpikir akulah yang membutuhkanmu untuk pergi jauh dari pikiran dan hari ku. Aku memintamu untuk tidak datang kembali di hari ku tapi aku tak kuasa untuk mengatakan itu di depanmu, bahkan dibelakangmu pun aku tak kuasa.
Setelah ku mencoba untuk tidak mencari bagaimana kau saat ini tapi kabar tentang dirimu selalu hadir meski tak di undang. Wujudmu tak ada di depanku bukan? tapi mengapa kabarmu selalu dibawakan oleh nya bahkan wujudmu jauh tak ku lihat.
Ah siapa dirimu?
Pentingkah dirimu?
Apa untungnya aku jika kau ada didepan atau tidak?
Bukankah masih ada yang lain selain dirimu?
ah sudahlah
Apa kabar harimu yang tanpa diriku di sampingmu? aku tahu engkau tentu tidak berkeberatan untuk ku tidak di sampingmu. Bahkan dulupun kau baik-baik saja yang tanpa diri ini.
Apa kabar hatimu? masihkah ia seperti yang dulu yang masih tersimpan rapih untuk sampai kita bertemu nanti atau mungkin hati itu kini telah membuka celah untuk yang lain datang. jika memang itu yang terjadi biarlah, biarlah aku tidak akan memintamu untuk kembali. Karena itu adalah milikmu, kau yang memiliki kendali atas hatimu. Aku tak memiliki kuasa untuk memberhentikanmu untuk membawa hati itu berlabuh di mana atau mungkin akupun tidak tahu hati itu akan kau bawa ke mana.
Apa kabar harimu saat ini? yang sepertinya banyak aktifitas yang mengasyikan kau lakukan di luar sana. bahagia, ceria, tertawa, berbagi bersama sahabat atau mungkin satu diantara mereka ada yang sedang kau lihat. Ya! kau lihat untuk kau jadikan labuhan terakhirmu.
Dunia kita memang berbeda, aku yang pertama sangat mengenalmu dengan rencana hidup yang tersusun, dengan pekerja keras dan ketelitianmu. Aku mencoba meyakinkan diri tentang mu, aku mencoba untuk tetap menilaimu sama seperti dulu pertama ku mengenalmu, namun ada saja yang sedikit mengecoh dari yang ku tahu. Aku hanya wanita yang tak mampu untuk meminta dan mengatakan lebih, aku yang hanya berharap bahwa kau selalu di dalam petunjuknya, petunjuk untuk melanjutkan masa depan.
Komentar
Posting Komentar